Rabu, 09 Juli 2014

Ikhlas Melupakanmu


Kau datang tanpa diundang..
dan kaupun pergi dengan diam-diam..

Kau mendekat tanpa diminta..
dan kaupun menjauh ketika tak diinginkan..

Kau hadir memberi kasih sayang..
dan kaupun pergi dengan meninggalkan luka..

Kau hadir membawa secerca harapan..
dan kaupun menghilang dengan membunuh semua impian..

Kau hadir membawa pelita..
dan kaupun pergi memberi kegelapan..

Kau yang datang sebagai teman..
dan kini kaupun lenyap sebagai lawan..

Kau yang dulu ada dihati yang bahagia..
namun kini berada dihati yang sengsara..

Kau yang berjanji..
dan kau pula yang mengingkari..

Kau yang dulu kusayang..
ternyata telah membuatku kecewa..

Kini semuanya tinggal kenangan..
walau sulit namun harus aku lupakan..

Meski aku marah..
namun aku sudah memaafkan..

Meski saat ini hatiku masih sakit..
Namun tiada kebencian..

Kuberharap agar kau selalu bahagia..
dan semoga Allah melindungimu setiap saat..

Kulepaskan engkau dengan ikhlas
dan kulakukan tanpa rasa dendam..

Selasa, 08 Juli 2014

RUBAH ADALAH SI RAJA HUTAN SESUNGGUNYA Cerita dari India


Foto: http://www.facebook.com/pages/Dongeng-Dunia-Sepanjang-Masa/430115430412264?ref=stream

2. RUBAH ADALAH SI RAJA HUTAN SESUNGGUNYA
Cerita dari India

Siapa binatang yang paling ditakuti dihutan? Harimau ! Ya, tentu saja. Harimau binatang yang sangat menakutkan karena memiliki gigi dan cakar yang tajam bagaikan pisau. Binatang lain akan berlari menjauh jika melihat harimau.

Nah, pada suatu hari yang cerah, harimau sedang duduk berjemur. Tiba-tiba, ia melihat rubah sedang mengendap-endap hendak mencuri bangkai rusa miliknya. 

Harimau segera berdiri dan menghadang rubah. Ia mengaum keras sekali. "Berani sekali kau hendak mencuri hasil buruanku," kata harimau dengan suara menakutkan.

Tapi, aneh sekali. Rubah tidak takut. Justru ia memperlihatkan wajah marah dan berkata, "Berani sekali kau  menuduh aku pencuri. Aku adalah raja di hutan ini. Mana ada raja yang mencuri."


Harimau kaget mendengar kata-kata rubah. "Kau raja hutan ? Bohong besar. Kau bukan raja hutan. Akulah raja hutan," kata harimau sambil mengaum lebih keras lagi.

"Aku raja hutan. Akulah penguasa hutan ini," bentak rubah dengan suara yang tidak kalah keras.

"Kau tahu, semua binatang akan lari ketakutan saat melihat aku! Kau tidak percaya? Ayo, aku buktikan padamu. Ikutlah denganku!" ajak rubah.

Tanpa menunggu persetujuan harimau, rubah segera berjalan sambila mendongakkan kepala. Harimaupun kebingungan melihat tingkah polah rubah. "Benarkah dia raja hutan?" harimau tak habis pikir.

Karena penasaran, harimau pun mengikuti rubah dan berjalan dibelakangnya. Mereka melewati sebuah padang rumput. Saat itu, kumpulan rusa sedang asyik memakan rumput. Tiba-tiba ketika melihat harimau berjalan dibelakang rubah, mereka segera lari ketakutan.

"Kau lihat sendiri, bukan? Rusa-rusa itu takut melihatku," kata rubah menyombongkan diri.

"Ayo, ikuti aku lagi. Aku tunjukkan lagi bukti lainnya," lanjut rubah.

"Benar juga, ya. Rusa-rusa itu berlarian saat melihat si rubah," pikir harimau.

Rubah berjalan lagi dan harimau mengikutinya dengan raut wajah bingung. Lalu, mereka bertemu sekelompok monyet yang sedang mencari buah-buahan. Melihat kedatangan harimau, monyet-monyet itu langsung lari keatas pohon sambil memekik-mekik ketakutan.

"Bagaimana? Belum puas juga? Semua binatang takut melihat aku. Mereka lari ketakutan saat melihatku. Kau percaya sekarang? Akulah si raja hutan, " kata rubah.

Harimau kagum sekaligus heran. Ia tidak menyadari kalau rusa dan monyet itu, sebenarnya lari karena melihat dirinya, bukan karena melihat rubah.

"Aku memang hampir tidak percaya. Tapi, aku telah melihat dengan mata kepalaku sendiri. Maafkan aku karena sudah berlaku tidak sopan padamu, wahai Raja Hutan," kata harimau kepada rubah.

"Baiklah, aku mengampunimu kali ini. Pergi sana!" kata rubah mengusir harimau. Harimau pun segera pergi walaupun tetap merasa kebingungan.

Setelah harimau pergi, rubah tertawa terbahak-bahak melihat kebodohan harimau yang berhasil ia tibu. "Untung saja aku banyak akal. Kalau tidak, aku pasti mati diterkam harimau," kata rubah.


Pesan Moral:
Jadilah anak yang cerdik dan pintar agar kamu dapat menyelesaikan persoalan yang kamu hadapi. Jangan jadi anak bodoh seperti harimau yang dapat ditibu oleh rubah. Agar bisa jadi anak pintar, banyaklah belajar dan membaca.   


Sumber: buku 365 Dongeng Dunia Sepanjang Masa
oleh: Sitta Mayari
 
Siapa binatang yang paling ditakuti dihutan? Harimau ! Ya, tentu saja. Harimau binatang yang sangat menakutkan karena memiliki gigi dan cakar yang tajam bagaikan pisau. Binatang lain akan berlari menjauh jika melihat harimau.

Nah, pada suatu hari yang cerah, harimau sedang duduk berjemur. Tiba-tiba, ia melihat rubah sedang mengendap-endap hendak mencuri bangkai rusa miliknya.

Harimau segera berdiri dan menghadang rubah. Ia mengaum keras sekali. "Berani sekali kau hendak mencuri hasil buruanku," kata harimau dengan suara menakutkan.

Tapi, aneh sekali. Rubah tidak takut. Justru ia memperlihatkan wajah marah dan berkata, "Berani sekali kau menuduh aku pencuri. Aku adalah raja di hutan ini. Mana ada raja yang mencuri."


Harimau kaget mendengar kata-kata rubah. "Kau raja hutan ? Bohong besar. Kau bukan raja hutan. Akulah raja hutan," kata harimau sambil mengaum lebih keras lagi.

"Aku raja hutan. Akulah penguasa hutan ini," bentak rubah dengan suara yang tidak kalah keras.

"Kau tahu, semua binatang akan lari ketakutan saat melihat aku! Kau tidak percaya? Ayo, aku buktikan padamu. Ikutlah denganku!" ajak rubah.

Tanpa menunggu persetujuan harimau, rubah segera berjalan sambila mendongakkan kepala. Harimaupun kebingungan melihat tingkah polah rubah. "Benarkah dia raja hutan?" harimau tak habis pikir.

Karena penasaran, harimau pun mengikuti rubah dan berjalan dibelakangnya. Mereka melewati sebuah padang rumput. Saat itu, kumpulan rusa sedang asyik memakan rumput. Tiba-tiba ketika melihat harimau berjalan dibelakang rubah, mereka segera lari ketakutan.

"Kau lihat sendiri, bukan? Rusa-rusa itu takut melihatku," kata rubah menyombongkan diri.

"Ayo, ikuti aku lagi. Aku tunjukkan lagi bukti lainnya," lanjut rubah.

"Benar juga, ya. Rusa-rusa itu berlarian saat melihat si rubah," pikir harimau.

Rubah berjalan lagi dan harimau mengikutinya dengan raut wajah bingung. Lalu, mereka bertemu sekelompok monyet yang sedang mencari buah-buahan. Melihat kedatangan harimau, monyet-monyet itu langsung lari keatas pohon sambil memekik-mekik ketakutan.

"Bagaimana? Belum puas juga? Semua binatang takut melihat aku. Mereka lari ketakutan saat melihatku. Kau percaya sekarang? Akulah si raja hutan, " kata rubah.

Harimau kagum sekaligus heran. Ia tidak menyadari kalau rusa dan monyet itu, sebenarnya lari karena melihat dirinya, bukan karena melihat rubah.

"Aku memang hampir tidak percaya. Tapi, aku telah melihat dengan mata kepalaku sendiri. Maafkan aku karena sudah berlaku tidak sopan padamu, wahai Raja Hutan," kata harimau kepada rubah.

"Baiklah, aku mengampunimu kali ini. Pergi sana!" kata rubah mengusir harimau. Harimau pun segera pergi walaupun tetap merasa kebingungan.

Setelah harimau pergi, rubah tertawa terbahak-bahak melihat kebodohan harimau yang berhasil ia tibu. "Untung saja aku banyak akal. Kalau tidak, aku pasti mati diterkam harimau," kata rubah.


Pesan Moral:
Jadilah anak yang cerdik dan pintar agar kamu dapat menyelesaikan persoalan yang kamu hadapi. Jangan jadi anak bodoh seperti harimau yang dapat ditibu oleh rubah. Agar bisa jadi anak pintar, banyaklah belajar dan membaca.


Sumber: buku 365 Dongeng Dunia Sepanjang Masa
oleh: Sitta Mayari
Dikutip dari : https://www.facebook.com/pages/Dongeng-Dunia-Sepanjang-Masa/430115430412264

SEMUT YANG SOMBONG DAN KUPU-KUPU YANG BAIK HATI


Foto: http://www.facebook.com/pages/Dongeng-Dunia-Sepanjang-Masa/430115430412264?ref=stream

1. SEMUT YANG SOMBONG DAN KUPU-KUPU YANG BAIK HATI
Cerita dari Spanyol

   Di sebuah hutan di luar kota Madrid, hidup berbagai binatang. Ada semut, kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu, dan binatang lainnya.

   Suatu hari, badai dahsyat menerjang hutan itu. "Krak, krak, "terdengar bunyi pohon dan dahan-dahan patah di segala penjuru. Banyak binatang yang mati karena tidak bisa menyelamatkan diri.

   Badai berlangsung sehari semalam. Menjelang pagi, barulah badai berhenti menyisakan kehancuran dimana-mana.

   Sejenak, tidak  tampak ada kehidupan di hutan itu. Tiba-tiba, dari dalam tanah muncul seekor semut. Semut itu berhasil selamat  dari terjangan badai dengan cara masuk ke dalam tanah.

   Semut memandang sekelilingnya. Lalu, berjalan sambil memeriksa keadaan hutan. Langkahnya terhenti ketika ia melihat kepompong tergeletak di tanah.

   "Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa ke mana-mana. Kalau aku sih bisa ke mana saja aku suka, "ejek semut kepada kepompong. Kepompong pun hanya diam membisu.

   Beberapa hari kemudian, semut melewati sebuah jalan  yang becek dan berlumpur. Ia tidak sadar kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisapnya.

   "Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti ini, "keluh semut. Semakin lama, tuduh semut semakin tenggelam dalam lumpur.

   "Tolong...tolong!" teriak semut.

   "Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya?"

   Semut terheran-heran mendengar suara itu. Ia memandang sekelilingnya untuk mencari sumber suara. Tapi, ia hanya melihat seekor kupu-kupu terbang di atas kepalanya.
     
   "Hey, aku adalah kepompong yang dulu kamu ejek. Sekarang, aku sudah menjadi kupu-kupu. Kamu tahu, aku bisa terbang ke mana pun aku suka dengan sayapku. Sementara, lihatlah! Kau tidak bisa berjalan di lumpur itu, kan? Kau akan ditelan lumpur itu sebentar lagi," Kata kupu-kupu.
    
   Semut terdiam malu. "Yah, aku sadar, aku mohon maaf karena telah mengejekmu saat menjadi kepompong. Maukah kamu menolongku sekarang?" Pinta semut memelas.

   Kupu-kupu berpikir sebentar. "Baiklah, aku akan menolongmu," kata kupu-kupu.

   Kupu-kupu lalu menarik semut dari dalam lumpur hingga selamat. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," kata semut.

   "Sudahlah, kita wajib menolong siapa pun yang sedang kesusahan, bukan? Tapi, lain kali kamu jangan suka mengejek kelemahan binatang lainnya. Setiap mahluk Tuhan pasti punya kelebihan dan kekurangan," kata kupu-kupu menasihati semut.

   Semut pun mengangguk malu. Sejak saat itu, semut dan kupu-kupu menjadi sahabat karib.


Pesan Moral:
Jangan suka membangga-banggakan diri sendiri. sebab, kita semua mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jadilah anak yang baik dan suka menolong. Selain itu, minta maaflah jika kamu punya salah. Jangan mengulangi kesalahan yang sama. 

Sumber: buku 365 Dongeng Dunia Sepanjang Masa
oleh: Sitta Mayari
Di sebuah hutan di luar kota Madrid, hidup berbagai binatang. Ada semut, kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu, dan binatang lainnya.

Suatu hari, badai dahsyat menerjang hutan itu. "Krak, krak, "terdengar bunyi pohon dan dahan-dahan patah di segala penjuru. Banyak binatang yang mati karena tidak bisa menyelamatkan diri.

Badai berlangsung sehari semalam. Menjelang pagi, barulah badai berhenti menyisakan kehancuran dimana-mana.

Sejenak, tidak tampak ada kehidupan di hutan itu. Tiba-tiba, dari dalam tanah muncul seekor semut. Semut itu berhasil selamat dari terjangan badai dengan cara masuk ke dalam tanah.

Semut memandang sekelilingnya. Lalu, berjalan sambil memeriksa keadaan hutan. Langkahnya terhenti ketika ia melihat kepompong tergeletak di tanah.

"Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa ke mana-mana. Kalau aku sih bisa ke mana saja aku suka, "ejek semut kepada kepompong. Kepompong pun hanya diam membisu.

Beberapa hari kemudian, semut melewati sebuah jalan yang becek dan berlumpur. Ia tidak sadar kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisapnya.

"Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti ini, "keluh semut. Semakin lama, tuduh semut semakin tenggelam dalam lumpur.

"Tolong...tolong!" teriak semut.

"Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya?"

Semut terheran-heran mendengar suara itu. Ia memandang sekelilingnya untuk mencari sumber suara. Tapi, ia hanya melihat seekor kupu-kupu terbang di atas kepalanya.

"Hey, aku adalah kepompong yang dulu kamu ejek. Sekarang, aku sudah menjadi kupu-kupu. Kamu tahu, aku bisa terbang ke mana pun aku suka dengan sayapku. Sementara, lihatlah! Kau tidak bisa berjalan di lumpur itu, kan? Kau akan ditelan lumpur itu sebentar lagi," Kata kupu-kupu.

Semut terdiam malu. "Yah, aku sadar, aku mohon maaf karena telah mengejekmu saat menjadi kepompong. Maukah kamu menolongku sekarang?" Pinta semut memelas.

Kupu-kupu berpikir sebentar. "Baiklah, aku akan menolongmu," kata kupu-kupu.

Kupu-kupu lalu menarik semut dari dalam lumpur hingga selamat. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," kata semut.

"Sudahlah, kita wajib menolong siapa pun yang sedang kesusahan, bukan? Tapi, lain kali kamu jangan suka mengejek kelemahan binatang lainnya. Setiap mahluk Tuhan pasti punya kelebihan dan kekurangan," kata kupu-kupu menasihati semut.

Semut pun mengangguk malu. Sejak saat itu, semut dan kupu-kupu menjadi sahabat karib.


Pesan Moral:
Jangan suka membangga-banggakan diri sendiri. sebab, kita semua mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jadilah anak yang baik dan suka menolong. Selain itu, minta maaflah jika kamu punya salah. Jangan mengulangi kesalahan yang sama.

Sumber: buku 365 Dongeng Dunia Sepanjang Masa
oleh: Sitta Mayari
Dikutip dari :  https://www.facebook.com/pages/Dongeng-Dunia-Sepanjang-Masa/430115430412264

Senin, 07 Juli 2014

Anak dan Pohon Apel


Foto: Anak dan Pohon Apel

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang anak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. 

Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Masa itu pun berlalu…

Anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu. 

“Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih.

Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kau inginkan.”

Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.

Masa kembali berlalu…

Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira. “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu. 

“Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?” Tanya anak itu.

“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu memberikan cadangan. 

Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa. 

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Maukah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.

“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu. 

Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.

Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin di makan usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu. 

“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.

“Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu kerana aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.

“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu. 

Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu. Mereka berdua menangis kegembiraan.

Tahukah kamu. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah kedua orangtua kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup.

Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak mereka.

Hargailah jasa ibu bapak kepada kita selagi ada kesempatan.


Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang anak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut.

Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Masa itu pun berlalu…

Anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja itu.

“Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih.

Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kau inginkan.”

Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.

Masa kembali berlalu…

Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira. “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?” Tanya anak itu.

“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu memberikan cadangan.

Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.

“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.

“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Maukah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.

“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu.

Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.

Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin di makan usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.

“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.

“Aku tidak mau apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mau batang pohonmu kerana aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.

“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu.

Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu. Mereka berdua menangis kegembiraan.

Renungan :
Tahukah kamu. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah kedua orangtua kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup.

Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak mereka.

Hargailah jasa ibu bapak kepada kita selagi ada kesempatan.
Dikutip dari :  https://www.facebook.com/pages/Dongeng-Dunia-Sepanjang-Masa/430115430412264

Teman Sejati Kita


Foto: Teman Sejati Kita

Seekor kambing mempunyai banyak teman, lembu, kuda, keledai, babi, kelinci dan anjing yang pendiam.

Pada suatu hari, kambing sendirian bermain di puncak gunung, tiba-tiba dari balik pohon besar keluar seekor srigala yang menyerang dan akan memakan kambing. Kambing segera mempertahankan diri dengan tanduknya melawan, serta dengan sekuat tenaga meminta tolong kepada teman-temannya.

Lembu setelah memandang sekejab, melihat srigala, lalu dengan diam-diam berlari menjauh.

Kuda menundukkan kepalanya memandang, melihat srigala, diam-diam juga berlari menjauh.

Keledai menghentikan langkah kakinya, melihat srigala, dengan ketakutan segera berlari menjauh.

Babi yang lewat, melihat srigala, segera berlari pulang bersembunyi dirumahnya.

Kelinci mendengar jeritan, melihat srigala, bersembunyi dengan gemetaran dibalik semak-semak.

Anjing yang berada dilereng gunung mendengar jeritan minta tolong kambing, segera berlari mendaki gunung, dari semak-semak melesat keluar, menyerang dan menggigit leher srigala, srigala menjerit kesakitan, ketika anjing sedang mengambil nafas, srigala dengan segera panik melarikan diri.

Setelah pulang kerumah, teman-teman kambing semua berdatangan kerumahnya dan mengerumuninya.

Lembu berkata, ” Mengapa engkau tidak menjerit meminta tolong kepadaku? Dengan tandukku, aku dapat membuat usus srigala keluar dari perutnya.”

Kuda berkata, “Mengapa engkau tidak memberitahuku? Aku dengan kaki dapat menyepak pecah kepala dan otaknya bisa keluar.”

Keledai berkata, “ Mengapa engkau tidak mengatakan kepadaku? Jeritanku dapat membuat srigala ketakutan.”

Babi berkata, “Mengapa tidak mengatakan kepadaku? Dengan mulutku dapat membuat srigala terjatuh dari puncak gunung.”

Kelinci berkata, “Mengapa tidak mengatakan kepadaku? Aku dapat berlari dengan cepat, dengan segera membawa kabar kepada yang lain.”

Diantara keributan dan kerumunan tersebut, yang tidak berada ditempat hanyalah anjing.

Teman sejati, bukan hanya manis di mulut, tetapi pada saat yang genting menggandeng tangan Anda. Sedangkan teman-teman yang setiap hari mengerumuni Anda, mencari keuntungan dari Anda dan menikmati kesenangan bersama Anda, bukanlah teman yang sejati.


Seekor kambing mempunyai banyak teman, lembu, kuda, keledai, babi, kelinci dan anjing yang pendiam.

Pada suatu hari, kambing sendirian bermain di puncak gunung, tiba-tiba dari balik pohon besar keluar seekor srigala yang menyerang dan akan memakan kambing. Kambing segera mempertahankan diri dengan tanduknya melawan, serta dengan sekuat tenaga meminta tolong kepada teman-temannya.

Lembu setelah memandang sekejab, melihat srigala, lalu dengan diam-diam berlari menjauh.

Kuda menundukkan kepalanya memandang, melihat srigala, diam-diam juga berlari menjauh.

Keledai menghentikan langkah kakinya, melihat srigala, dengan ketakutan segera berlari menjauh.

Babi yang lewat, melihat srigala, segera berlari pulang bersembunyi dirumahnya.

Kelinci mendengar jeritan, melihat srigala, bersembunyi dengan gemetaran dibalik semak-semak.

Anjing yang berada dilereng gunung mendengar jeritan minta tolong kambing, segera berlari mendaki gunung, dari semak-semak melesat keluar, menyerang dan menggigit leher srigala, srigala menjerit kesakitan, ketika anjing sedang mengambil nafas, srigala dengan segera panik melarikan diri.

Setelah pulang kerumah, teman-teman kambing semua berdatangan kerumahnya dan mengerumuninya.

Lembu berkata, ” Mengapa engkau tidak menjerit meminta tolong kepadaku? Dengan tandukku, aku dapat membuat usus srigala keluar dari perutnya.”

Kuda berkata, “Mengapa engkau tidak memberitahuku? Aku dengan kaki dapat menyepak pecah kepala dan otaknya bisa keluar.”

Keledai berkata, “ Mengapa engkau tidak mengatakan kepadaku? Jeritanku dapat membuat srigala ketakutan.”

Babi berkata, “Mengapa tidak mengatakan kepadaku? Dengan mulutku dapat membuat srigala terjatuh dari puncak gunung.”

Kelinci berkata, “Mengapa tidak mengatakan kepadaku? Aku dapat berlari dengan cepat, dengan segera membawa kabar kepada yang lain.”

Diantara keributan dan kerumunan tersebut, yang tidak berada ditempat hanyalah anjing.

Renungan :
Teman sejati, bukan hanya manis di mulut, tetapi pada saat yang genting menggandeng tangan Anda. Sedangkan teman-teman yang setiap hari mengerumuni Anda, mencari keuntungan dari Anda dan menikmati kesenangan bersama Anda, bukanlah teman yang sejati.
Dikutip dari : https://www.facebook.com/pages/Dongeng-Dunia-Sepanjang-Masa/430115430412264

Kisah Lalat dan Semut

Foto: Kisah Lalat dan Semut

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat. 

"Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar," katanya. 

Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca.

Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. 

Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai. Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, "Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?" 

"Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita." 

Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, "Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?"

Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, "Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama." 

Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, "Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini."

"Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda."


Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.

"Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar," katanya.

Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca.

Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan.

Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai. Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, "Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?"

"Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita."

Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, "Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?"

Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, "Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama."

Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, "Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini."

"Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda."
 
Dikutip dari :  https://www.facebook.com/pages/Dongeng-Dunia-Sepanjang-Masa/430115430412264

Vilda yang suka Tomat

Cerita Anak Si Vilda yang suka Tomat 



Dahulu kеtіkа vilda kecil ia реrnаh diajak kе kebun tomat milik kakeknya ԁі belakang rumah kakek. Kebun Tomat іtυ ѕаnɡаt luas sekali. Dі sore уаnɡ cerah vilda diajak ibunya υntυk melihat-lihat kebun tomat milik kakeknya. Ia melihat banyak sekali tomat уаnɡ ѕυԁаh masak ԁаn аԁа pula уаnɡ mаѕіh hijau. 

Awalnya ia hаnуа ingin memetik lalu lama kelamaan ia ingin mencicipi buah tomat уаnɡ mаѕіh hijau. Rasanya agak sedikit asam ԁаn mаѕіh kecut ѕеhіnɡɡа si Vilda hаnуа bіѕа mengerlingkan jidatnya serta memicingkan mata sembari berteriak “Oh tomat rasanya kayak gini уа..”, si Ibu menghampiri si Vilda ԁаn berkata “Kalau tomat уаnɡ mаѕіh hijau rasanya ѕереrtі іtυ, coba kаmυ rasakan tomat уаnɡ ѕυԁаh matang ѕереrtі іnі″ si ibu memberikan tomat merah kераԁа Vilda. 

Langsung saja Vilda memakan buah tomat merah уаnɡ diberikan ibunya ԁаn rasanya pun enak sekali.
Vilda berkata “kalau tomat іtυ gunanya ара sih bu?”. Ibu menjelaskan “tomat іtυ banyak sekali gunanya υntυk tubuh manusia ѕереrtі υntυk mata. Dеnɡаn memakan tomat, mata kаmυ аkаn ѕеƖаƖυ sehat ԁаn tajam penglihatanya”.
“Lalu ара lagi bu?” si Vilda kеmbаƖі bertanya. “ѕеƖаіn υntυk mata, kegunaaan buah tomat аԁаƖаh υntυk menjaga kesehatan kulit ԁаn rambut” kata ibu.

“Kini semakin berkembangnya ilmu teknologi ternyata buah tomat juga bіѕа mencegah penyakit diabetes” si ibu kеmbаƖі menerangkan kераԁа Vilda уаnɡ mаѕіh asyik menggerogoti buah tomat уаnɡ hаmріr habis.
“Wahh..ternyata banyak sekali manfaat buah tomat уа bu” si Vilda senang sekali. “уа..tentu saja, nah sekarang ayo habiskan tomat уаnɡ satu lagi” si ibu memberikan buah tomat lagi υntυk Vilda.

Hikmah Cerita anak si Vilda уаnɡ suka Tomat kali іnі аԁаƖаh sering-seringlah memakan buah tomat, kаrеnа tomat ѕаnɡаt berguna sekali υntυk tubuh kita terutama mata ԁаn kulit

Sumber :  http://cerita.biz/cerita-anak-si-vilda-yang-suka-tomat/